Amanda Rae Hedges
Sejak berusia enam tahun sampai dewasa, saya tidak pernah merasa betah di negara asal saya, Amerika Serikat. Walaupun begitu, kalau di gereja ada yang menceritakan tentang misionaris dan pelayanan di luar negeri, saya langsung merasa betah dan sukacita yang luar biasa. Selama saya ingat, saya merasa ada panggilan dari Tuhan untuk melayani di luar negeri, khususnya anak-anak.
Ketika saya 7 tahun saya menulis di jurnal saya, “Saya tidak sabar menjadi Ibu.” Ketika saya berusia 9 tahun saya mulai melayani anak-anak di sekolah minggu di gereja saya (Woodmen Valley Chapel di Colorado Springs, Colorado). READ MORE
Satu tahun kemudian, saya pergi ke sebuah konser Kristen bersama keluarga saya. Di sana saya diberitahu tentang organisasi Compassion International, sebuah pelayanan internasional yang mengambil anak-anak yang kurang mampu lalu mencari sponsor untuk mereka supaya anak tersebut bisa makan, minum, sekolah, dan belajar tentang Tuhan Yesus. Saya sangat tertarik sekali, karena aku sadar bahwa aku bisa mulai menjadi misionaris sekarang dan saya tidak harus menunggu sampai saya sudah dewasa untuk melayani di luar negeri.
Ketika saya mencari anak untuk disponsori, saya melihat wajahnya dan saya sudah yakin sekali itulah anak yang Tuhan ingin saya sponsori. Namanya Adisty Crusita Pendelaki dan dia berasal dari Sulawesi, Indonesia. Malam itu adalah pertama kali saya membaca kata “Indonesia”, dan ketika saya membacanya Tuhan menaruh nama Indonesia dalam hatiku dan bilang, “Itu dia, Amanda… suatu hari nanti kamu akan melayani Aku di sana.” Jadi sejak saya 10 tahun saya sudah yakin dan percaya saya ada panggilan tertentu dari Tuhan untuk melayani anak-anak di Indonesia suatu hari nanti, dan Dia akan buka jalan tepat pada waktunya. Pada tahun 2010 sampai 2011 (ketika saya berusia 14 sampai 15 tahun), saya mengikuti 3 short-term mission trip. Saya dua kali melayani di Honduras dan di Meksiko sekali (trip masing-masing selama dua minggu). Itu baru pertama kali saya kunjungan ke luar negeri, walaupun sudah ada panggilan dari Tuhan untuk melayani di luar negeri dari kecil.
Ketika saya melayani di sana, untuk pertama kali dalam hidupku saya betul-betul merasa betah dan damai sejahtera dan sukacita yang luar biasa karena untuk pertama kali saya yakin saya berada di tempat yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Saya jatuh cinta pada pelayanan pada waktu itu, khususnya pelayanan yang memiliki hubungan dengan anak-anak, dan sejak itu Tuhan taruh di hatiku, “Saya ingin kamu menjadi Ibu bagi anak-anak yang tidak punya Ibu”. Baru saya sadar bahwa panggilan saya adalah untuk membuka sebuah panti asuhan di Indonesia dan mengasuh anak-anak yatim piatu dan mencintai mereka sama seperti Tuhan Yesus sudah mengasuh saya dan mencintai saya. Setelah panggilan saya sudah jelas, saya lanjutkan hidup saya dia Amerika seperti biasa karena saya pikir saya masih harus menunggu sebelum Tuhan berangkatkan saya. Saya mengejar cita-cita saya yang begitu banyak, khususnya untuk menjadi pelari yang hebat (cita-cita saya dari kecil sekali).
Saya berhasil dalam training lari saya sehingga saya memecahkan berbagai rekor di sekolah saya, menjadi juara 2 di Junior Olympics pada tahun 2012, dan mendapat beberapa beasiswa atletik. Pada bulan November tahun 2012, semua baik di bawah matahari. Saya 17 tahun, saya sudah mendapat beasiswa, saya sudah memilih kuliahku, saya akan sebentar lagi tamat SMA, lalu mengejar cita-citaku untuk menjadi pelari yang luar biasa, tetapi tanpa setahu saya, Tuhan mempunyai rencana yang jauh lebih indah.
Suatu malam (tanggal 8 November, 2012) saya volunteer di suatu konser Kristen untuk mengajak orang lain mensponsori anak-anak melalui Compassion Internasional, sama seperti konser yang saya ikuti ketika saya 10 tahun. Malam itu, ketika saya melihat foto-foto anak yang kurang mampu dari seluruh dunia, bahkan banyak dari Indonesia, saya mempunyai momen yang sangat-sangat spesial bersama dengan Tuhan. Dia bilang dengan jelas sekali, “PERGILAH!” Setelah berperang dengan diri sendiri selama beberapa minggu dan setelah Tuhan mengirim konformasi demi konfirmasi sehingga saya tidak berani menolak lagi, saya bilang, “Okelah, Tuhan. Aku menyerah… Saya akan tinggalkan semuanya untuk Engkau… orang tua, abang, keponakan, teman, kuliah, cita-cita… dan saya akan mengikuti Engkau ke Indonesia.” Saat pada waktu itu saya tidak mengenal satu orangpun di Indonesia selain Adisty, apalagi mengerti bahasa atau budaya.
Tetapi setelah kalimat itu keluar dari mulut saya, Tuhan mulai membuka jalan secara luar biasa sekali. Dia membuka jalan supaya saya dapat teman orang Indonesia yang tinggal di Jakarta tetapi belajar di Amerika sebelum saya berangkat! Dia membuka jalan supaya saya bisa melayani sebagai sukarelawan di sebuah panti asuhan di Jakarta Timur selama hampir dua Tahun. Dia mencukupkan semua kebutuhan saya sampai sekarang. Dia membuka hati saya untuk menerima dan mencintai negara Indonesia dan orang Indonesia. Dia kekuatan saya sehingga saya sebagai anak remaja yang berusia 17 tahun bisa tinggal sendirian di panti asuhan yang tidak ada satupun yang bisa berbahasa Inggris atau mengerti pemandangan atau latar belakang saya sama sekali. Dia membuka pikiran saya sehingga setelah enam bulan saja saya sudah mulai lancar dalam bahasa Indonesia dan memahami sedikit budaya Indonesia. Dan, yang paling luar biasa, dia mempertemukan saya dengan teman-teman yang luar biasa yang juga memiliki hati dan panggilan untuk melayai Tuhan Yesus dengan sepenuh hati.
Setelah saya melayani sebagai sukarelawan di panti asuhan tersebut selama satu setengah tahun dari tahun 2014 sampai 2016, Tuhan membuka jalan untuk saya dan teman-teman (orang Indonesia semua) keluar dari panti tersebut dengan rencana membuka Yayasan dan Panti asuhan sendiri. Lahirlah Yayasan Kasih Tak Berbatas. Tuhan Yesus itu baik, Tuhan Yesus itu setia, Tuhan Yesus itu tak pernah mengecewakan. Kalau kita tinggalkan semua dengan tujuan untuk mengikuti Tuhan Yesus, hidup ini memang akan bertambah sulit, tetapi bertambah pula sukacita, damai sejahtera, dan kasih yang tidak bisa dibandingkan. Terpujilah nama Tuhan Yesus!